Yang jelas sejak awal aku tak
pernah mengundangnya, apalagi membiarkannya masuk. Ia seperti orang asing yang
melintas di depan jendelaku, terkadang cuma lewat, terkadang melambai dan
menyapa, terkadang berhenti sebentar dan mengobrol. Aku meladeninya dengan
ogah2an, penuh prasangka. Aku lebih sering tidak membuka jendelaku, dan
kalaupun membukanya, tanganku selalu siap menutupnya kembali, tidak pernah
sungguh2 mementangkannya. Tapi ia sepertinya tak pernah memperhatikan semua
itu. Ia datang sebagai dirinya sendiri, sarat warna, penuh kehidupan,
tidak terusik. Ia membiarkan jarak mematut diri di antara kami, membiarkan aku
sekehendak hati mengulur jarak itu di antara kami. Sepertinya ia paham betul,
hanya dengan begitulah ia bisa mencegahku membangun tembok yang lebih tebal dan
tidak membiarkannya masuk. Hanya dengan jarak itulah ia dapat meraihku, tidak
terlalu dekat, tidak terlalu rapat, selalu berantara, dan bagiku artinya aman.
Mula2,
kusangka ia pintar. Ahli siasat, kurasa. Ia tahu persis kapan harus meraihku,
dan kapan harus membiarkanku pergi. Perlahan namun pasti ia hadir sebagai
seseorang yg mampu mengimbangi jiwaku yg rumit dan berjarak. Aku mengawasinya
berusaha mengenali dengan sabar setiap relung gelap di dalam hatiku, tak pernah
memilih pergi meskipun kerap aku mencoba mengusirnya dengan sikap dinginku. Aku
mengawasinya berusaha bertahan menghadapi setiap luapan amarahku yg pahit, yg kerap
merusak kebahagiaan dalam hatinya, mengejek setiap maafnya yg terulur padaku.
Semakin ia bertahan disisiku, semakin aku terus menyakitinya, memberontaki
setiap daun cinta yg dimilikinya bagiku.
Aku?
Aku sangat tidak ingin dimiliki untuk saat ini. Aku tidak ingin dimiliki oleh
siapapun; aku tidak ingin dimiliki lalu dibuang setelah pemiliknya merasa
bosan. Mungkin suatu saat nanti, saat aku bertemu dengan seseorang yg tepat,
aku akan melabuhkan segalanya. Cintaku dan diriku seutuhnya. Dan saat itulah
aku akan siap dimiliki. aku tidak tahu apakah itu kamu? atau orang lain yg
telah ditakdirkan Tuhan untukku. Aku tidak tahu.
0 Comments
