Puisi : Yang pertama

YANG PERTAMA
                                     dikutip dari sebuah novel.
daun-daun berguguran layu
bunga yang terpetik akan bersemi lagi
ada perasaan berbeda
ada getar yang tak pernah ku rasa sebelumnya..
mungkinkah??
tapi aku takut...
jangan berpaling!!!
sebab hanya dirimu
yang aku tunggu..
Tuhan...
yakinkan aku atas rasa yang berkecamuk ini
ini terlalu dini..
tapi dia telah membuatku menggila
atau ini hanyalah bagian dari akhir masa kanak-kanakku
tapi..
aku merasakanya..
ini benar-benar berbeda
dan baru pertama..

Puisi : (Gerimis) dan (Arti Cinta)





GERIMIS
                                      by : Reni Prasetia N
Tetes demi tetes air dengan malu-malu
Meluncur atas titah empunya yang gigantic
Satu per satu dengan kalkulasi tak terhingga
Pelan-pelan mendarat dengan sempurna
Tanpa sadar menghasilkan irama yang khas
TIK-TIK-TIK-TIK......
Menjadi sebuah lantunan alunan lagu alam yang merdu
Meski tiada yang menyadarinya
Gerimis datang mengabarkan
Euforia yang di bawanya
Bahwa sebuah oasis akan meneduhkan alam
Bahkan euforia itu telah merambah kalbu-kalbu
Euforia itu juga membangun utopia
Dengan perpaduan nostalgia yang kental
Gerimis adalah keindahan yang bisu
Keindahan sederhana yang sangat pemalu
Gerimis...oh...gerimis...

Info : Seniman Legendaris

Memorial Kahlil Gibran di Washington, D.C.
Khalil Gibran (juga dieja Khalil Gibran; lahir Gibran Khalil Gibranbahasa Arab: جبران خليل جبران, lahir di Lebanon6 Januari 1883 – meninggal di New York CityAmerika Serikat10 April 1931 pada umur 48 tahun) adalah seorang senimanpenyair, dan penulis Lebanon Amerika. Ia lahir di Lebanon (saat itu masuk Provinsi Suriah di Khilafah Turki Utsmani) dan menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat.

Info : My Inspiration

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing
Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award, 1995, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsaysay. Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra paling galak, menghantam, menggasak, membantai dan mengganyang" pada masa demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut pencabutan penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.