Edisi Curhat : Bersyukur

syukur alhamdulillah yaa Allah..
engkau masih memberikan saya kesempatan untuk melihat mentari, merasakan panasnya, merasakan helaan nafas dunia dan semua kenikmatan-kenikamatan dunia lainnya hingga 19 tahun aku didunia..
terima kasih ya Allah.. terimakasiih..
yang pasti yg harus dilakukan sekarang adalah menjadi diri yg lebih baik, menjadi lebih bermanfaat bagi sesama dan dapat diandalkan sewaktu2..
agar hidup tak sia2..
bantu hamba ya Allah untuk menjadi yg demikian...
dan tentunya saya akan berusaha dengan keras untuk itu.. :)
GANBATTE KUDASAI
semoga saya dapat memenjelmakan mimpi saya menjadi nyata..
amin.. :)

Resensi : Analysis Film "White House Down"



Cloud Callout: Reni Prasetia NAnalysis Film “White House Down”

White House Down is included in creative drama (this is one of the form of contemporary drama).
The element of play :
1.      Setting                  : Around United State of America (USA), (White house, Washington DC, New york and Pentagon).
2.      Theme                  : Patriotism.
3.      Character             :
a.       John Cale, a United States Capitol Police officer.
b.      James W. Sawyer, the President of the United States.
c.       Carol Finnerty, a Secret Service agent.
d.      Emil Stenz, a disavowed ex-Delta Force operative and the leader of the mercenaries that invade the White House.
e.       Eli Raphelson, the Speaker of the United States House of Representatives.
f.       Emily Cale, the daughter of John Cale.
g.      Martin Walker, the Head of the Presidential Detail and the mastermind of the White House take over.
h.      Donnie Smith, the White House Tour Guide.
i.        Skip Tyler, a computer hacker.
j.        Alvin Hammond, the Vice President of the United States.
k.      Carl Killick, a far right militant and one of Stenz's mercenaries.
l.        Captain Hutton, an analyst in the Pentagon.
4.      Plot                       :
v  The part of Plot :
1.      Action (Intoduction)                    :
John Cale is a U.S. Capitol Police officer assigned to Speaker of the House Eli Raphelson. Cale is struggling to develop a better relationship with his daughter Emily, who has a strong enthusiasm for politics. He hopes to impress her by getting a job with the Secret Service, but the interview is conducted by Carol Finnerty, who believes that he is unqualified due to a lack of respect for authority. After lying to Emily about the outcome of the interview, she and Cale join a tour of the White House.

Edisi Curhat : Celoteh Saya

berbicara tentang masa depan, saya selalu penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan saya di masa depan tersebut. menjadi seperti apa saya nanti?, bagaimana hidup saya nanti?, siapa jodoh saya nanti? apakah saya akan bahagia?, berapa anak saya nanti?, apa saya akan menikah dengan cinta pertama saya atau dengan seseorang yg baru saya kenal?, apa pekerjaan saya nanti ? dan apakah mimpi2 saya yg sering kali saya tulis akan tercapai???..
singkatnya, saya sangat teramat sangat penasaran dengan masa depan...
kadang saya berharap diberikan kemampuan untuk mengetahui masa depan tapi setelah saya pikir2 kalau saya memiliki kemampuan semacam itu dan tidak dapat berbuat apa2 itu sama saja dgn berbohong. kemudian saya juga berharap diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menuliskan skenario hidup saya sendiri. tapi saya rasa Tuhan tidak akan mengizinkan.
dan singkatnya sebagai manusia sudah selayaknya kita menunggu semua ketetapan dari Tuhan, penasaran mungkin boleh2 saja tapi apa yg bisa kita lakukan??? toh kita hanya hambaNya yg tak berdaya..

Cerpen : Cinta



CINTA
Oleh : Reni Prasetia N
Sore itu mendadak mentari menjadi begitu enggan menampakkan dirinya. Sementara sepagi dan siang tadi ia telah dengan begitu bersemangat membagi panas sinarnya dengan kami.  Mungkin karena  telah didahului oleh awan – awan yang menghitam ia menjadi begitu. Menurut buku geografi  yang pernah ku baca, itu merupakan salah satu proses presipitasi, yang artinya sebentar lagi akan hujan. Dan jika dilihat dari ciri – ciri awannya, awan itu nampak seperti awan cumulonimbus, yang artinya bukan hanya hujan biasa tapi hujan lebat.
“Yas, kenapa kamu bengong disitu?, ayo segera berangkat”, teriak ibu
Aku sedikit tergeragap dengan teriakan ibu, namun selaksana titah dari raja, aku tak dapat menolak untuk segera berangkat meskipun dalam hati kecilku aku sangat takut segala sesuatunya berubah saat kami kembali nanti. Dengan tak begitu bersemangat aku berjalan menuju mobil, di dalam mobil, paman, bibi, sepupuku, ibu, kakak serta adikku telah duduk dan atmosfer di dalamnya terasa begitu sesak.
“Bu, kenapa sesak sekali?, sepertinya kalau aku tidak ikut tidak akan menjadi begitu sesak”, celotehku saat memasuki mobil.
“Kenapa kamu cerewet sekali?, sudah cepat duduk !”, kata kakakku dengan begitu beringas.
Bukan karena menuruti perkataan kakak aku segera duduk, tetapi saat melihat tatapan ibu yang nampak begitu lelah, seperti tak ada alasan lagi bagiku untuk menolak, meskipun berseberangan dengan hatiku. Setelah aku duduk, paman segera melajukan mobil yang kami naiki. Seiring dengan melajunya mobil, melaju pulalah keheningan - keheningan diantara kami. Aku benci dengan keheningan seperti ini, kesannya seperti ada yang sedang meninggal. Terbersit dalam benakku untuk membuat lelucon agar suasannya lebih cair. Aku menggoda adikku, ku ambil jepit rambutnya dan sedikit ku koyakkan rambutnya.

Resensi : Sinergi dari Kerja Keras



Sinergi dari kerja keras, kesabaran, kekuatan do’a dan Impian
Judul buku                            : Berjalan Menembus Batas
nama penulis                        : A. Fuadi, dkk.
editor                                    : M. Iqbal Dawami dan Ikhdah Henny
 tebal buku                            : 169 hal
haga buku                             : Rp. 28.000,00
tahun terbit                           : 2012
penerbit                                : PT. Bentang Pustaka
cetakan ke                            : 1
Resensator             : Reni Prasetia Nurmawati

            Membaca kisah ini mengingatkan kita pada kisah kebanyakan anak bangsa ini. Bahwa banyak yang ingin maju, tetapi kemajuan kerap dihambat oleh batas – batas, seperti kemiskinan, tidak lengkapnya keluarga karena kematian orang tua, sakit, cacat dan segala konsekuensinya. Akan tetapi yang membanggakan dari tulisan – tulisan ini, tidak ada pelakunya yang terserang penyakit putus asa akut. Memang, ada masa memprotes Tuhan, masa mengeluh, masa malas, masa tidak berdaya, tapi kemudian diikuti oleh masa kerja keras, tabah, sabar, dan akhirnya diberi jalan kemudahan.

Puisi : Aku Adalah Cakrawala



aku adalah cakrawalaku
sang pengembara masa
yang berkawan sejuta rasa
Menggeliat di lembah gersang harapan
dan bersipaut dengan kehampaan.
aku adalah cakrawalaku
yang senantiasa mengiba pada sang pencipta
mengapa aku bersembunyi dalam badai?
dan menari dalam bias sang surya?
Ah ! aku memang bukan superman
aku adalah cakrawalaku
yang berkalung nestapa dan permata bahagia
ini seperti semacam sembilu
sekalipun beribu kali mengiba
Tuhan tak pernah serta merta
Tuhan hanya menunggu aksiku
dan semua terporos pada tanganku
karena sembilu itu, Aku. 

Puisi : Aku


#Aku#
Aku adalah aku
Aku bisa melakukan semua hal
 Karena aku adalah aku
Tapi aku jadi tak bisa melakukan apa-apa
Karena aku adalah aku
Aku adalah apa yang ku pikirkan
Tapi siapa aku yang ku pikirkan?
Ah ! aku tak tahu
Semua berkelit menjadi ambigu
Tanpa mampu menafsir
Hanya benang merah diantara sel motorik dan sensorik yang dapat ku tarik sebagai ikhtisar
Namun nihil tergegas keluar sebagai jawab
Dan aku tetap tak tahu
Siapa aku pada hakikatnya
Meski aku adalah aku.

Lagu : Wake Me Up

Green Day - Wake Me Up When September Ends Lyrics  

Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Like my father's come to pass
Seven years has gone so fast
Wake me up when September ends
Here comes the rain again
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are
As my memory rests
But never forgets what I lost
Wake me up when September ends
Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Ring out the bells again
Like we did when spring began
Wake me up when September ends
Here comes the rain again
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are
As my memory rests
But never forgets what I lost
Wake me up when September ends
Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Like my father's come to pass
Twenty years has gone so fast
Wake me up when September ends
Wake me up when September ends
Wake me up when September ends

Songwriters
ARMSTRONG, BILLIE JOE/WRIGHT III, FRANK EDWIN/PRITCHARD, MIKE RYA

erican Idiot

Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Like my father's come to pass
Seven years has gone so fast
Wake me up when September ends
Here comes the rain again
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are
As my memory rests
But never forgets what I lost
Wake me up when September ends
Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Ring out the bells again
Like we did when spring began
Wake me up when September ends
Here comes the rain again
Falling from the stars
Drenched in my pain again
Becoming who we are
As my memory rests
But never forgets what I lost
Wake me up when September ends
Summer has come and passed
The innocent can never last
Wake me up when September ends
Like my father's come to pass
Twenty years has gone so fast
Wake me up when September ends
Wake me up when September ends
Wake me up when September ends
Songwriters
ARMSTRONG, BILLIE JOE/WRIGHT III, FRANK EDWIN/PRITCHARD, MIKE RYAN

When September Ends Lyrics

Artist: Sabrina
Album: Love Acoustic Sweetheart Edition 2

Read more at http://www.songlyrics.com/sabrina/when-september-ends-lyrics/#pqtC1AJJftK4V59u.99

Cerpen : Kakek Merah Putih


Kakek Merah Putih
Oleh : Reni Prasetia N

Semilir angin berhembus begitu riang, sembari menikmati panorama pagi kabupaten Kediri atau lebih tepatnya desa Purwodadi yang begitu indah, aku berlari – lari kecil sebagai upayaku untuk melumaskan kaki – kakiku setelah perjalanan dari kota rantauanku di tengah – tengah pulau Jawa. Seharusnya bulan ini kemarau, tetapi gelagat – gelagat hujan nampak malu – malu sepagi ini. Musim memang telah berubah, musim sepertinya telah menghianati perputaran waktu. Tetapi sesungguhnya hal tersebut terjadi karena ulah tangan – tangan manusia yang serakah ingin menggagahi alam. Alam seharusnya bukan untuk dieksploitasi dan dikeruk kekayaannya tetapi alam itu untuk di jaga karena alam sesungguhnya adalah titipan Tuhan, alam menyimpan sejarah tentang betapa kuasanya Tuhan.
“Alfan !!!”, sapa seseorang mengagetkanku.
Aku menoleh untuk melihat empunya suara yang sepertinya memang tidak asing dalam pendengaranku.
“Hei husen!!!”,sapaku sembari setengah berteriak karena kurang lebih setahun ini aku tak melihat rupanya.