Edisi Curhat : Celoteh Saya

berbicara tentang masa depan, saya selalu penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan saya di masa depan tersebut. menjadi seperti apa saya nanti?, bagaimana hidup saya nanti?, siapa jodoh saya nanti? apakah saya akan bahagia?, berapa anak saya nanti?, apa saya akan menikah dengan cinta pertama saya atau dengan seseorang yg baru saya kenal?, apa pekerjaan saya nanti ? dan apakah mimpi2 saya yg sering kali saya tulis akan tercapai???..
singkatnya, saya sangat teramat sangat penasaran dengan masa depan...
kadang saya berharap diberikan kemampuan untuk mengetahui masa depan tapi setelah saya pikir2 kalau saya memiliki kemampuan semacam itu dan tidak dapat berbuat apa2 itu sama saja dgn berbohong. kemudian saya juga berharap diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menuliskan skenario hidup saya sendiri. tapi saya rasa Tuhan tidak akan mengizinkan.
dan singkatnya sebagai manusia sudah selayaknya kita menunggu semua ketetapan dari Tuhan, penasaran mungkin boleh2 saja tapi apa yg bisa kita lakukan??? toh kita hanya hambaNya yg tak berdaya..

Cerpen : Cinta



CINTA
Oleh : Reni Prasetia N
Sore itu mendadak mentari menjadi begitu enggan menampakkan dirinya. Sementara sepagi dan siang tadi ia telah dengan begitu bersemangat membagi panas sinarnya dengan kami.  Mungkin karena  telah didahului oleh awan – awan yang menghitam ia menjadi begitu. Menurut buku geografi  yang pernah ku baca, itu merupakan salah satu proses presipitasi, yang artinya sebentar lagi akan hujan. Dan jika dilihat dari ciri – ciri awannya, awan itu nampak seperti awan cumulonimbus, yang artinya bukan hanya hujan biasa tapi hujan lebat.
“Yas, kenapa kamu bengong disitu?, ayo segera berangkat”, teriak ibu
Aku sedikit tergeragap dengan teriakan ibu, namun selaksana titah dari raja, aku tak dapat menolak untuk segera berangkat meskipun dalam hati kecilku aku sangat takut segala sesuatunya berubah saat kami kembali nanti. Dengan tak begitu bersemangat aku berjalan menuju mobil, di dalam mobil, paman, bibi, sepupuku, ibu, kakak serta adikku telah duduk dan atmosfer di dalamnya terasa begitu sesak.
“Bu, kenapa sesak sekali?, sepertinya kalau aku tidak ikut tidak akan menjadi begitu sesak”, celotehku saat memasuki mobil.
“Kenapa kamu cerewet sekali?, sudah cepat duduk !”, kata kakakku dengan begitu beringas.
Bukan karena menuruti perkataan kakak aku segera duduk, tetapi saat melihat tatapan ibu yang nampak begitu lelah, seperti tak ada alasan lagi bagiku untuk menolak, meskipun berseberangan dengan hatiku. Setelah aku duduk, paman segera melajukan mobil yang kami naiki. Seiring dengan melajunya mobil, melaju pulalah keheningan - keheningan diantara kami. Aku benci dengan keheningan seperti ini, kesannya seperti ada yang sedang meninggal. Terbersit dalam benakku untuk membuat lelucon agar suasannya lebih cair. Aku menggoda adikku, ku ambil jepit rambutnya dan sedikit ku koyakkan rambutnya.

Resensi : Sinergi dari Kerja Keras



Sinergi dari kerja keras, kesabaran, kekuatan do’a dan Impian
Judul buku                            : Berjalan Menembus Batas
nama penulis                        : A. Fuadi, dkk.
editor                                    : M. Iqbal Dawami dan Ikhdah Henny
 tebal buku                            : 169 hal
haga buku                             : Rp. 28.000,00
tahun terbit                           : 2012
penerbit                                : PT. Bentang Pustaka
cetakan ke                            : 1
Resensator             : Reni Prasetia Nurmawati

            Membaca kisah ini mengingatkan kita pada kisah kebanyakan anak bangsa ini. Bahwa banyak yang ingin maju, tetapi kemajuan kerap dihambat oleh batas – batas, seperti kemiskinan, tidak lengkapnya keluarga karena kematian orang tua, sakit, cacat dan segala konsekuensinya. Akan tetapi yang membanggakan dari tulisan – tulisan ini, tidak ada pelakunya yang terserang penyakit putus asa akut. Memang, ada masa memprotes Tuhan, masa mengeluh, masa malas, masa tidak berdaya, tapi kemudian diikuti oleh masa kerja keras, tabah, sabar, dan akhirnya diberi jalan kemudahan.

Puisi : Aku Adalah Cakrawala



aku adalah cakrawalaku
sang pengembara masa
yang berkawan sejuta rasa
Menggeliat di lembah gersang harapan
dan bersipaut dengan kehampaan.
aku adalah cakrawalaku
yang senantiasa mengiba pada sang pencipta
mengapa aku bersembunyi dalam badai?
dan menari dalam bias sang surya?
Ah ! aku memang bukan superman
aku adalah cakrawalaku
yang berkalung nestapa dan permata bahagia
ini seperti semacam sembilu
sekalipun beribu kali mengiba
Tuhan tak pernah serta merta
Tuhan hanya menunggu aksiku
dan semua terporos pada tanganku
karena sembilu itu, Aku.