Opini : "Aliran Mainsteam"



Sering kali menjumpai mahasiswi-mahasiswi dengan pencitraan pakaian yang tidak seperti kebanyakan mahasiswi lain (memakai jubah atau baju kurung), selain cara berpakaian mahasiswi tersebut juga memiliki pencitraan lain dalam segi idealisme. Masyarakat sering memberikan label kepada mahasiswi dengan pencitraan tersebut dengan sebutan “Aliran Keras”. Mahasiswi-mahasiswi dengan pencitraan seperti hal tersebut banyak ditemui di UIN Sunan Ampel Surabaya, di UIN Sunan Ampel Surabaya orang-orang dengan pencitraan seperti hal tersebut merupakan penganut paham HTI (Hisbu Tahrir Indonesia). HTI merupakan aliran yang terbawa akibat arus transnasionalisme (era modernisasi dan globalisasi) dari bangsa timur tengah. Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia bersifat terbuka (meski di masa rezim Suharto tidak demikian). Kajian kajian keislamannya dapat dijadikan sumber pengkayaan pemikiran Islam, meskipun implementasi di lapangan masih perlu dukungan intelektual yang lebih cerdas. Dari beberapa prinsip ajarannya nampak Hizbut Tahrir mengutamakan dakwah politik yang lebih bersifat lisan. Dari sudut pandang politik Indonesia HTI telah mengambil peran sebagai oposan. Tentu saja jika memiliki dukungan Intelektual yang memadai akan lebih mampu mewarnai pengambilan keputusan politik di negeri ini. 
Aliran tersebut memiliki platfom gerakan yang berbeda dengan ideologi bangsa Indonesia, mereka memiliki tendensi besar untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara KHILAFAH, sedangkan Indonesia sendiri merupakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berideologikan Pancasila.
Era modernisasi dan globalisasi merupakan arus gerakan transnasional yang mana dapat membuat dunia hanya selebar daun dan informasi sebatas jarak pandang mata mempunyai dampak positif dan dampak negatif.  Seperti halnya dua mata uang yang tak dapat dipisahkan, dampak positif selalu beriringan dengan dampak negatif.
Pola hidup wanita zaman dulu dan modern tentu sangat berbeda. Seorang perempuan atau ibu yang seharusnya tidak hanya berperan secara psikologis namun juga secara sosiologis dalam tumbuh kembang anak. Maka, ada istilah yang menyatakan perempuan adalah pendidikan pertama seorang anak. Tugas perempuan tidak hanya melahirkan dan merawat anak, tapi juga medidik anak-anaknya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sosok perempuan mempunyai peran yang urgen dalam tumbuh kembang seorang anak dan rumah tangga. Dibalik kesuksesan seorang laki-laki ada perempuan yang menyokong di belakangnya.
Yang sangat disayangkan karena keberadaan perempuan sangat urgen dalam suatu negara, stabilitas negara akan goyah jika para perempuan dalam negara tersebut dibantai habis. Apalagi karena perempuan adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi-generasi penerus bangsa. Urgenitas sosok ibu dapat terlihat disini, dalam suatu negara bukan hanya kepala negara yang berperan penting dalam kemajuan negara tersebut, tapi juga sosok perempuan. Karena hanya perempuan yang bisa mengandung dan melahirkan bibit-bibit unggul penerus bangsa.
Mengembalikan kesadaran akan kemulyaan peran perempuan atau ibu yang mulai berkurang di era modernisasi dan globalisasi ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena pada kenyataanya paradigma tersebut mulai luntur pada sebagian generasi muda bahkan pada sosok ibu itu sendiri. Tapi kemulyaan sosok ibu dalam kehidupan ini tidak dapat luntur, karena seorang ibu mempunyai tanggung jawab peran yang sangat urgen bagi anak, rumah tangga maupun negara.
Oleh karena itu dengan adanya fenomena mahasiswi dengan pencitraan yang tidak biasa dengan yang lainnya seperti yang ada di UIN Sunan Ampel tersebut sangatlah merisaukan dan menambah daftar panjang permasalahan yang ada di negara Indonesia. Dan dengan adanya fenomena tersebut sangat riskan terjadi semakin mundurnya kesadaraan akan kemulyaan seorang perempuan atau ibu, jika mengingat urgensi ibu. 


0 Response to "Opini : "Aliran Mainsteam""

Posting Komentar