Edisi Curhat : My Love Life

Yang jelas sejak awal aku tak pernah mengundangnya, apalagi membiarkannya masuk. Ia seperti orang asing yang melintas di depan jendelaku, terkadang cuma lewat, terkadang melambai dan menyapa, terkadang berhenti sebentar dan mengobrol. Aku meladeninya dengan ogah2an, penuh prasangka. Aku lebih sering tidak membuka jendelaku, dan kalaupun membukanya, tanganku selalu siap menutupnya kembali, tidak pernah sungguh2 mementangkannya. Tapi ia sepertinya tak pernah memperhatikan semua itu. Ia datang sebagai dirinya sendiri, sarat  warna, penuh kehidupan, tidak terusik. Ia membiarkan jarak mematut diri di antara kami, membiarkan aku sekehendak hati mengulur jarak itu di antara kami. Sepertinya ia paham betul, hanya dengan begitulah ia bisa mencegahku membangun tembok yang lebih tebal dan tidak membiarkannya masuk. Hanya dengan jarak itulah ia dapat meraihku, tidak terlalu dekat, tidak terlalu rapat, selalu berantara, dan bagiku artinya aman.
Mula2, kusangka ia pintar. Ahli siasat, kurasa. Ia tahu persis kapan harus meraihku, dan kapan harus membiarkanku pergi. Perlahan namun pasti ia hadir sebagai seseorang yg mampu mengimbangi jiwaku yg rumit dan berjarak. Aku mengawasinya berusaha mengenali dengan sabar setiap relung gelap di dalam hatiku, tak pernah memilih pergi meskipun kerap aku mencoba mengusirnya dengan sikap dinginku. Aku mengawasinya berusaha bertahan menghadapi setiap luapan amarahku yg pahit, yg kerap merusak kebahagiaan dalam hatinya, mengejek setiap maafnya yg terulur padaku. Semakin ia bertahan disisiku, semakin aku terus menyakitinya, memberontaki setiap daun cinta yg dimilikinya bagiku.
Aku? Aku sangat tidak ingin dimiliki untuk saat ini. Aku tidak ingin dimiliki oleh siapapun; aku tidak ingin dimiliki lalu dibuang setelah pemiliknya merasa bosan. Mungkin suatu saat nanti, saat aku bertemu dengan seseorang yg tepat, aku akan melabuhkan segalanya. Cintaku dan diriku seutuhnya. Dan saat itulah aku akan siap dimiliki. aku tidak tahu apakah itu kamu? atau orang lain yg telah ditakdirkan Tuhan untukku. Aku tidak tahu.

0 Response to "Edisi Curhat : My Love Life"

Posting Komentar